Selasa, 25 Agustus 2015

Pengertian Budaya Politik

Pengertian Budaya Politik

Pengertian Budaya Politik menurut para ahli

Pengertian Budaya Politik


1.     Pengertian Budaya Politik menurut Almond dan Verba
Budaya Politik merupakan sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada dalam sistem itu.
Warga Negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegarran berdasarkan orientasi yang mereka miliki.

2.      Samuel Beer
Budaya politik adalah nilai-nilai keyakina dan sikap-sikap emosi tentang bagaimana pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yanga harus dilaksanakan ileh pemerinta.

3.      Pengertian Budaya Politik Rusadi Sumintapura
Budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang di hayati oleh para anggota suatu sistem politik.

4.      Sidney dan Verba
budaya politik terdiri atas sebuah sistem kontrol yang berhubungan dengna keyakinan-keyakinan, Verba menyarankan sejumlah dimensi budaya politik, khususnya negara bangsa, dengan sesama warga negara, serta dengan proses pengambilan keputusan input politknya.

5.    Pengertian Budaya Politik  Miriam Budiardjo
Budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya.

6.  Pengertian Budaya Politik    Rusadi Kantaprawira
Budaya politik merupakan persepsi manusia, pola sikapnya terhadap berbagai masalah politik dan peristiwa politik terbawa pula ke dalam pembentukan struktur dan proses kegiatan politik masyarakat maupun pemerintah(an), karena sistem politik itu sendiri adalah interrelasi antara manusia yang menyangkut soal kekuasaan, aturan dan wewenang (Kantaprawira, 1999:26).

7.      Mochtar massoed
Budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.

8.      Albert Widjaja
Budaya politik adalah aspek politik dari sistem nilai-nilai yang terdiri ide, pengetahuan, adat istiadat, tahayul dan mitos. Kesemuanya ini dikenal dan diakui sebagain besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberi rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.


9.   Pengertian Budaya Politik   Robert Dahl
Budaya politik adalah aspek politik dari sistem nilai-nilai yang terdiri ide, pengetahuan, adat istiadat, tahayul dan mitos. Kesemuanya ini dikenal dan diakui sebagain besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberi rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.

10.Pengertian Budaya Politik  Almond dan Powell
Sutu konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai - nilai dan ketrampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pola - pola kecenderungan khusus serta pola - pola kebiasaan yang terdapat pada kelompok - kelompok dalam masyarakat

11.  Roy Macridis
Budaya politik adalah sebagai tujuan bersama dan peraturan yang harus diterima bersama.

12.  Alan R. Ball
Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi, dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.



13.  Brown (1977)
Budaya Politik sebagai persepsi subyektif tentang sejarah dan politik, keyakinan dan nilai-nilai mendasar, lokus identifikasi dan loyalitas, serta pengetahuan dan harapan-harapan politik yang merupakan produk dari pengalaman sejarah khusus dari bangsa/kelompok.

14. Pengertian Budaya Politik White ( 1979 )
Budaya politik sebagai matriks sikap dan perilaku dimana system politik berada.

15.  Dennis Kavanagh
Budaya politik adalah sebagai pernyataan untuk menyatakan lingkungan perasaan dan sikap bagaimana sistem politik itu berlangsung.

16.  Austin Ranney
Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.

17.  Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr.
Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.

18.  Gabriel A. Almond
Budaya politik adalah dimensi psikologis dari sebuah sistem politik yang juga memiliki peranan penting berjalannya sebuah sistem politik.

19.  Marbun.
Budaya politik adalah pandangan politik yang mempengaruhi sikap, orientasi, dan pilihan politik seseorang, dan budaya politik ini lebih mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik yaitu sikap, sistem kepercayaan, simbol yang dimiliki individu dan yang dilaksanakan dalam masyarakat.



20. Pengertian Budaya Politik Larry Diamond.
Budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai-nilai, ide-ide, sentimen dan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negeri mereka dan peran masing masing individu dalam sistem itu.

21.  Aaron Wildavskus
Budaya politik secara luas menjelaskan orang-orang yang menganut nilai-nilai, keyakinan, dan pilihan – pilihan yang melegitimasi jalan hidup yang berbeda-beda (menekankan pada keterbukaan terhadap berbagai pendekatan dalam kajian budaya politik)

22.  Lehman, Himstreet, dan Batty
Budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.

23.Pengertian Budaya Politik  Mofstede
Budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini, bisa dikatan juga bahwa budaya adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah kita lahir di dunia.
24.  Bovee dan Thill
Budaya adalah system sharing atas simbol – simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku.
25.  Murphy Dan Hildebrandt
Budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian in juga mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan non verbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.
26.  Mitchel
Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar , pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu – individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain.

Kamis, 12 Februari 2015

Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar

 

Konferensi Meja Bundar 

Yang di maksud dengan Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949
Dalam kesempatan ini saya akan membagikan artikel tentang KMB atau konprensi meja bundar berikut penjelasanna

Latar belakang

Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar.
Sementara itu pada hulan Agustus 1949, Presiden Soekamo sebagai Panglima Tertinggi di satu pihak dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda di lain pihak memgumumkan perintah penghentian tembak-menembak. Perintah itu beriaku mulai tanggal 11 Agustus 1949 untuk Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk Sumatra. Pada tanggal 11 Agustus 1949, dibentuk delegasi Republik Endonesia untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar.

Delegasi itu terdiri dari Drs. Hatta (ketua), Nir. Moh. Roem, Prof Dr. Mr. Supomo, Dr. J. Leitnena„ Mr. Ali Sastroamicijojo, Ir. Djuanda, Dr. Sukiman, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang dan Mr. Muwardi. Delegasi BF0 dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Pada tanggal 23 Agustus 1949 Konferensi Meja Bundar dimulai di Den Haag, Belanda. Konferensi ini berlangsung hingga tanggal 2 November 1949 dengan hasil sebagai berikut.
1.    Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
2.    Status Karesidenan Irian Barat diselesaikan dalam waktu setahun, sesudah pengakuan kedaulatan.
3.    Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda berdasarkan kerja sama sukarela dan sederajat.
4.    Republik Indonesia Serikat mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak-hak konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
5.    Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak tahun 1942.
Sementara itu, pada tanggal 29 Oktober 1949 dilakukan penandatanganan bersama piagam persetujuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat antara Republik Indonesia dengan BFO. Di samping itu, hasil keputusan Konferensi Meja Bundar diajukan kepada Komite Nasional indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya, KNIP bersidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil KMB. Pembahasan hasil keputusan KMB oleh KNIP dilakukan dengan cara pemungutan suara, hasil yang dicapainya adalah 226 suara setuju, 62 suara menolak, dan 31 suara meninggaikan sidang.
Dengan demikian, KNIP menerima KMB. Pada tanagal 15 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan caIon tunggal Ir. Soekarno dan terpilih sebagai presiden. Kemudian dilantik dan diambil sumpahnya pada tanggal 17 Desember 1949. Kabinet RIS di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta. Drs. Moh. Hatta dilantik sebagai perdana menteri oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Desember 1949. Selanjutnya pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS berangkat ke negeri Belanda untuk menandatangani akta penyerahan kedaulatan. Pada tanggal 27 Desember 1949, baik di Indonesia maupun di negeri Belanda dilaksanakan upacara penandatanganan akta penyerahan kedaulatan.
Dampak Konferensi Meja Bundar
Penyerahan kedaulatan yang dilakukan di negeri Belanda bertempat di ruang takhta Amsterdam, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan A.M.J.A. Sasseu, dan Drs. Moh. Hatta melakukan penandatanganan akta penyerahan kedaulatan. Pada saat yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda, A.H.S. Lovink dalam suatu upacara di Istana Merdeka menandatangani naskah penyerahan kedaulatan.

Dengan penyerahan kedaulatan itu, secara formal Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dan mengakui kekuasaan negara Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda, kecuali Irian Barat yang akan diserahkan setahun kemudian. Sebulan kemudian, yaitu pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia meninggal dunia pada usia yang cukup muda, yaitu 34 tahun. Beliau adalah tokoh panutan bagi para anggota TNI.
Mungkin itu yang bias saya bagikan dalam artikel kalini semoga bermanfaat terima kasih


Senin, 12 Januari 2015

sinopsis apa dayaku karena aku seorang perempuan

sinopsis apa dayaku karena aku seorang perempuan

APA DAYAKU KARENA AKU 

SEORANG  PEREMPUAN

 

sinopsis apa dayaku karena aku seorang perempuan

Sinopsis 

Oleh   : Sutan Nur Iskandar

Setelah muter-muter di google untuk mencari Artikel ini pusing juga  namun sukur artikel ini dapat juga yo wis simak aj sinopsisnya di bawah ini

Aku mau bersekolah karena Mamaknya orang yang berkuasa. Mamak lebih berkuasa daripada Bapak. Adat kebiasaan di kampung, kemenakan lebih dahulu ditawarkan oleh Mamaknya sebelum di berikan orang lain. Mamak meninggal, hilang sudah tempat pergantunganku. Tunangannya datang ke rumah. Ia ingin pergi ke Jakarta karena tidak nyaman tinggal di kampung. Ia adalah pengganti Ibu yang sudah meninggal. Ia berjanji jika sudah setahun ia akan kembali ke kampung. Aku risau, karena sebagian besar anak laki-laki yang sekolah di Jakarta tidak mau pulang ke kampung halaman. Teman-teman banyak yang datang mengadu kepadaku akibat menikah muda. Aku tidak boleh membantah, karena ini adalah kehendak orang tua.
Sebagian besar suami tidak bertanggung jawab atas masalah kawin paksa. Mereka menganggap perempuan seperti benda yang tidak bernyawa. Semua keluarga pasti malu kalau anak gadisnya tidak cepat-cepat menikah, tetapi menikah di bawah umur mendatangkan banyak masalah. Ani adalah perempuan yang berterus terang. Harta yang ia punya adalah milik Mamaknya dan hasil usaha Bapaknya. Seorang ayah bersifat otokratik terhadap anak perempuannya, bila ia menyekolahkan anaknya dan terlibat dengan cinta.
Ani terpaksa menulis surat surat untuk kekasihnya supaya menjemputnya segera, walaupun ia tahu kehidupan kekasihnya belum mapan. Saat kekasihnya menerima surat, permintaannya belum dapat dikabulkan. Kekasihnya ingin ia menikah ketika umurnya sudah cukup.
Bapak Ani meminta kekasih Ani untuk megirim ulang surat dan perhelatan akan segera berlangsung. Kalau tidak mengirim surat putus, ia harus mengirim surat talak untuk isterinya. Keluarga harus menutup malu jika anak perempuannya tidak cepat-cepat berkeluarga. Menikah sebelum berpencarian akan menimbulkan masalah besar dalam keluarga. Pandangan generasi tua selalu berkaitan dengan Agama Islam, menikah di usia tua seperti meniru orang Belanda. Ayah merasa menyesal karena Mamak menyekolahkan Ani karena akhirnya Ani tidak menurut dengan orang tua. Sesuatu yang baru sulit dirubah walaupun ada kebenarannya.
Mamak Datok Hitam mempunyai pikiran yang sama dengan Ani. Setelah terima surat dari kekasihnya, Mamak Datok Hitam akan pulang ke kampung dan menjelaskan yang sebenarnya. Amak Datok Hitam bukanlah Mamak kandung, ia selalu di dengar dan di hormati masyarakat kampung.
Peranan Mamak Datok Hitam adalah memberika budi pekerti yang lembut, serta memberikan jasa, pendidikan, dan pertanian kepada kampung. Pikiran Mamak Datok Hitam selalu berkaitan dengan pernikahan usia muda. Ia selalu diterima dengan 2 cara, dengan setuju, dan disindir secara halus yang masih kebiasaan rdilakukan oleh masyarakat kampung.
Durkana menangguhkan perkawinan karena ingin menguatkan diri dengan senjata hidup dan Ani yang berjanji akan menunggu waktu yang tepat. Mak Datok Hitam berperan bahwa laki-laki harus menaruh belas kasihan terhadap isteri. Mamak datok Hitam berpendapat bahwa laki-laki lupa dengan perasaan perempuan, seperti orang bangsawan yang menganiaya kaum perempuan dan orang tua yang ingin beristeri muda.
Durkana menceritakan kepada keluarga yang nantinya ia akan menjadi suaminya dan pernikahan itu tidak diputuskan
BAGI ANDA YANG MEMBUTUHKAN ARTIKEL LAIN / SINOPSIS LAIN KLIK DI BAWAH

terima kasih yang telah membaca Artikel kali ini semoga artikel ini bermanfaat bagi anda
silahkan komentar di bawah untuk artikel ini

Selasa, 30 Desember 2014

Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )

Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )

Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )

Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR-RI atau MPR) adalah lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesi.
Sebelum Reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

1.    Tugas hak dan kewajiban MPR

  •  Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar

MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, anggota MPR tidak dapat mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan oleh sekurangkurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR. Setiap usul pengubahan diajukan secara tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta alasannya.
Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan kepada pimpinan MPR. Setelah menerima usul pengubahan, pimpinan MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya, yaitu jumlah pengusul dan pasal yang diusulkan diubah yang disertai alasan pengubahan yang paling lama dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima pimpinan MPR. Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR mengadakan rapat dengan pimpinan fraksi dan pimpinan Kelompok Anggota MPR untuk membahas kelengkapan persyaratan.
Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR memberitahukan penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada pihak pengusul beserta alasannya. Namun, jika pengubahan dinyatakan oleh pimpinan MPR memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna MPR paling lambat 60 (enam puluh) hari. Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan yang telah memenuhi kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum dilaksanakan sidang paripurna MPR.
Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota ditambah 1 (satu) anggota.
  •  Melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum

MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna MPR. Sebelum reformasi, MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara memiliki kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dengan suara terbanyak, namun sejak reformasi bergulir, kewenangan itu dicabut sendiri oleh MPR. Perubahan kewenangan tersebut diputuskan dalam Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-7 (lanjutan 2) tanggal 09 November 2001, yang memutuskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, Pasal 6A ayat (1).
  • Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya

MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden diusulkan oleh DPR.
MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna MPR untuk memutuskan usul DPR mengenai pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden pada masa jabatannya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak MPR menerima usul. Usul DPR harus dilengkapi dengan putusan Mahkamah Konstitusi bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Keputusan MPR terhadap usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden diambil dalam sidang paripurna MPR yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota yang hadir
  •   Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden

Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai berakhir masa jabatannya.
Jika terjadi kekosongan jabatan Presiden, MPR segera menyelenggarakan sidang paripurna MPR untuk melantik Wakil Presiden menjadi Presiden. Dalam hal MPR tidak dapat mengadakan sidang, Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan rapat paripurna DPR. Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan rapat,Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung
  •  Memilih Wakil Presiden

Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, MPR menyelenggarakan sidang paripurna dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari untuk memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
  •  Memilih Presiden dan Wakil Presiden

Apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, MPR menyelenggarakan sidang paripurna paling lambat 30 (tiga puluh) hari untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, dari 2 (dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama.

2.    Keanggotaan

MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden. Sebelum reformasi, MPR terdiri atas anggota DPR, utusan daerah, dan utusan golongan, menurut aturan yang ditetapkan undang-undang. Jumlah anggota MPR periode 2009–2014 adalah 692 orang yang terdiri atas 560 Anggota DPR dan 132 anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Anggota MPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Anggota MPR yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama, mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan MPR.

3.    Hak dan kewajiban anggota

Hak anggota
Mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  • ?    Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.
  •  Memilih dan dipilih.
  •   Membela diri.
  • Imunitas.
  • Protokoler.
  •  Keuangan dan administratif.

Kewajiban anggota

  • Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.
  • Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan.
  • Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
  •  Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.

Senin, 29 Desember 2014

Contoh Cerpon

Contoh Cerpon

Cakcak

Ku Ena Rs.

Ngaran kuring teh Cakim.
Ulah heran, lamun cek bangsa manusa mah eta ngaran teh kaasup goreng. Teu nanaon, kuring mah da lain bangsa manusa ieuh. Kuring mah saenyana bangsa cakcak.
Enya, cakcak!
Sarerea oge pasti apal ka bangsa cakcak mah. Meh aya di unggal imah, dina tembok jeung lalangitna. Dina tukangeun lomari jeung di para. Tingkarayap ning, jiga nu taya kapaur.
Hirup bangsa kuring teu weleh deukeut jeung bangsa manusa. Di mana aya manusa, di dinya pasti aya bangsa kuring. Najan enya hare-hare. Kuring-kuring, manusa-manusa.
Malah bangsa kuring mah nganuhunkeun pisan ka manusa teh. Sabab teu kudu hese cape, bangsa kuring bisa boga tempat matuh. Euweuh dina sajarahna bangsa cakcak nyieun imah. Enya, lin?
Tapi ketang aya kalana bangsa manusa oge ngamusuh ka bangsa cakcak, lantaran dianggap ngotoran imahna. Bangsa kuring dikepukan ku sapu, dimusnahkeun. Harianeun ari bangsa meong jeung toke, eta mah musuh gerot, da geuning maranehna mah beukieun bangsa kuring.
Asana, bangsa manusa mah jarang nu merhatikeun kahirupan bangsa kuring. Enya, keur naon atuh, nya? Ari kuring mah, daek teu daek, sok merhatikeun sagala rengkak paripolah manusa, utamana nu boga imah, sakulawargana. Teu rek kitu kumaha tuda, diembung-embung ge sok kadenge jeung katempo. Cicing dina lalangit atawa tembok tea, di luhur pasti awas ka nu di handap mah...
Kuring ayeuna cicing di imah panggedena di komplek ieu. Lobaan sabenerna mah nu cicing di dieu teh. Tapi kuring mah wanohna jeung Si Cakem. Manehna teh bebene kuring. Ari nu dicicingan ku kuring mah kulibak-kulibek dina lalangit kamer pembantu jeung rohangan makan...
Anyar ketang di dinya mah. Samemehna kuring jeung Si Cakem teh cicing di lalangit rohangan tengah. Ngan kusabab asa sok sering garandeng, ahirna mah pindah ka dieu. Enya ka rohangan makan jeung kamer pembantu...
Ngaran pembantuna teh Neng Titin. Umurna karek dua puluhan. Parawan keneh. Sakitu mah boga rupa. Enya, geulis cek ukuran bangsa manusa mah. Cacak mun lain jadi pembantu mah meureun tembong beuki geulis wae.
Manehna teh urang lembur, ngumbara ka kota. Gawe di dinya geus lila jigana mah... Da sainget kuring ti leuleutik, manehna teh geus aya di imah ieu...
Kapake meureun ku dununganana. Eta we da tara kadenge dicarekan atawa digeunggeureuhkeun. Ongkoh Neng Titin teh jalmana rapekan. Sagala panitah dunungan teu weleh dilaksanakeun kalayan hade.
Ari dunungan Neng Titin, nu boga ieu imah, terus-teras we kuring teu pati apal naon pagaweanana. Ngan nu eces mah manehna teh jalma beunghar...
Lalakina ngaranna teh Pa Bakri. Umurna aya lima puluh taunan. Awakna rada lintuh. Huluna botak. Ari pamajikanana Bu Endah, umurna sahandapeun Pa Bakri, ngan angger geus deukeut kana umur lima puluh taunan. Awakna lintuh teu katulungan, bayuhyuh...
Maranehna boga budak lalaki, geus rumaja, saluhureun Neng Titin. Deni ngaranna teh. Ayeuna, cenah manehna keur kuliah. Naon ari kuliah, kuring teu pati ngarti. Da di bangsa cakcak mah euweuh basa kuliah teh...
Salila kuring jeung Si Cakem hirup di dieu, kaayaan teh tengtrem. Euweuh nu aneh-aneh. Kahirupanana meh bisa disebut kitu-kitu wae. Neng Titin sok tembong hudang janari, tuluy kaprak-keprek masak bari beberesih.
Isuk-isuk kadaharan nu haraneut geus ngajagrag na meja makan. Nu boga imah ge mimiti salasarap. Kadang bareng, kadang sorangan-sorangan...
Pabeubeurang, mangsa di imah rada simpe, kuring sok turun tina lalangit jeung Si Cakem. Kitu lah tingkarayap kana tehel, tuluy naek kana meja makan. Neangan remeh keur ganjel-ganjel beuteung.
Kitu pagawean teh ari ceuli mah awas, mun kadenge aya sora manusa datang, kuring jeung Si Cakem sok buru-buru kabur. Untungna deuih di imah ieu mah euweuh ucing. Da mun aya mah meureun moal bisa turun tina lalangit. Nyiar dahareun ge meureun kapaksa ngadagoan reungit atawa rametuk nu datang... Kawilang alus we nasib teh...
Ngan dina hiji peuting mah bet aya kajadian nu aneh di kamer Neng Titin. Kira-kira tabuh sabelas, Pa Bakri rerencepan asup ka kamer eta. Kuting jeung Si Cakem nu keur ngadodoho reungit, puguh we rada heran...
"Rek nyinahaon Pa Bakri ka dieu?" cek kuring rada ngaharewos.
"Teuing atuh," tembal Si Cakem. "Cuang tempokeun we..."
Kuring jeung Si Cakem ngadedempes. Hayang apal kana pamaksudan Pa Bakri lain wayah kukulunuan ka kamer Neng Titin. Aya reungit pakngerengeng ka hareupeun ge diantep we...
"Moal kapendakeun ku Ibu kitu?" Kadenge sora Neng Titin halon.
"Moal da sarena oge jiga bangke Si Ibu mah..." Cek Pa Bakri.
"Lah, abdi mah sieun, Pa..." cek Neng Titin deui.
"Sieun naon? Bapa nu tanggung jawab aya naon-naonna mah..."
"Leres?"
"Enya. Gowat atuh!" Pa Bakri jiga nu teu sabar.
Najan lampu di jero kamer dipareuman, tapi da kaciri reyem-reyem tina cahaya lampu nu norobos loster ti rohangan makan. Neng Titin ngudar bajuna. Kitu deui Pa Bakri. Geus kitu mah...
"Nyinaraon nya eta kikituan?" Cek kuring ka Si Cakem. Da saumur hirup ge asa kakara nempo jalma papuket kitu mah.
"Nyao, kami mah teu apal..." Cek Si Cakem.
Antukna kuring jeung Si Cakem ngalalajoan kalakuan Pa Bakri jeung Neng Titin nepika lekasanana. Kitu teh bari teu ngarti nanaonan maranehna teh.
"Kem..." cek kuring ka Si Cakem.
"Hem. Aya naon, Kang?"
"Cuang nyumput ka tukangeun lomari, yu!"
"Ey, rek nanaonan?"
"Ah, nya wang nyumput we..." cek kuring bari tuluy ngudag Si Cakem.
Si Cakem lumpat ka tukangeun lomari. Ari geus di dinya mah Si Cakem teh pasrah dikumaha-kumaha ku kuring ge.
"Oh, meureun Pa Bakri jeung Neng Titin ge kawa urang kikieuan, nya?" Cek Si Cakem.
"Enya meureun..." Cek kuring karek kapikir. "Tapi kitu nya ari bangsa jalma mah? Bari lila dih, teu boga kacape..."
Si Cakem ngagitek-gitekeun buntutna. Ogoan di dituna mah. Ck, ck, ck, ck, cenah...
Nu mimitina asa aneh, ari remen nyaksian mah jadi biasa deui. Pa Bakri jadi remen pisan peuting-peuting rerencepan asup ka kamer Neng Titin. Katempona Neng Titinna oge jiga nu ngadagoan. Geus asup mah terus we galungan. Rengsena; kalayan culang-cileung Pa Bakri ninggalkeun kamer Neng Titin...
Ngan ketang, hiji peuting mah aya kajadian nu aneh deui. Sabot Pa Bakri galungan jeung Neng Titin, panto kamerna aya nu ngetrokan. Pa Bakri buru-buru nyumput ka handapeun dipan. Pakeanana nu ngalumbuk dina tehel ge dibetot dibawa ka handapeun dipan.
Kuring jeung Si Cakem rada olohok. Teu pati ngarti naha Pa Bakri kitu peta.
Geus kitu Neng Titin nu geus dibaju deui nyampeurkeun panto kamerna.
"Saha?" Cek manehna.
"Kuring, Tin..." sora Si Deni ning, anakna Pa Bakri.
Bray panto kamer dibuka. Deni tuluy asup ka jero.
"Aya naon, A?" cek Neng Titin.
"Sssttt!" Cek Si Deni bari ngaragamang kana cangkeng Neng Titin.
Euh, geuning bapa jeung anak teh sarua wae kalakuanana teh. Ngoromeoh pembantu. Kuring jeung Si Cakem mah bati gogodeg. Kitu geuning ari kalakuan bangsa manusa. Bapa jeung anak titeuleum kana jungkrang nu sarua... Tuh, tuh, da tuluy galungan deui wae, jiga jeung Pa Bakri. Salila Si Deni galungan jeung Neng Titin, Pa Bakri mah meureun ngahephep handapeun dipan.
Si Cakem nereleng kana tembok, ka handap ngadeukeutan dipan. Kuring nuturkeun. Cle Si Cakem kana tehel. Kuring ngarandeg, ngawaskeun... na rek naon manehna teh? Katempo Si Cakem lumpat, tuluy... naek kana beuteung Pa Bakri. Atuh Pa Bakri reuwaseun. Manehna ngagurubuk bari ngagoak.
"Uaduh...!!!" Cenah.
Atuh Si Deni nu keur galungan jeung Neng Titin ge ngagurubug. Reuwaseun aya jalma ngagoak handapeun dipan. Manehna gentak ngajewang samping, rap dipake. Tuluy manehna dongko nempo kana handapeun dipan.
Breh katempoeun aya bapana...
"Bapa nyinaon di dinya?" cek Si Deni.
"Maneh nyinaon los-los ka dieu?" Pa Bakri kalah malik nanya.
Si Deni ngabetem. Pa Bakri ngabetem.
Kuring nyikikik. Ck, ck, ck, ck, ck!!! Muji kana kajahilan Si Cakem. Ngadon ngareureuwas Pa Bakri. ***

CERPOM  KA DUA

Lalakon Mudik

Ku Siti LS

Poe ka dalapan likur, kuring balik ka lembur, indit ti Bandung pasosore ba'da asar sabab ngahaja muru peuting. Seunggah nyanghareupan macet. Malum atuh geus ilahar sarta teu aneh deui unggal taun oge, saminggu samemeh poe lebaran, di terminal sok heurin ku jelema, pon kitu deui kandaraan marema, matak ngaheurinan jalan. harita oge pernah kaalaman ku kuring, palebah Rancaekek kajebak ku macet ampir opat jamna, biasana Bandung - Garut ukur tilu jam, harita mah nepi ka genep jam, jabaning panas hawa kandaraan tea lain lawaneun.
Ti imah kuring kana taksi, nepi ka terminal jam satengah lima sore, jut kuring turun tina taksi, teu langsung milih beus, barieukeun, olohok mata simeuteun, nitenan jalma-jalma  anu lilir liwat, matak hese usik. Teu dek kitu kumaha atuh, dicita-cita ti imah rada lowong ngemplong ari pek kanyataanna kalah beuki budal, siga siraru kaluar tina liangna.
Sajam panceg kuring ngajengjen kesel di terminal, can meunang kandaraan. Iwal rasa hariwang jeung, hariwang anu aya dina hate galecok sorangan.
"Kumaha lamun magrib can indit keneh, jabaning sorangan. Anu di lembur arep-arepeun."
"Garut..., Bayongbong... Garut! Bu Garut...!" Kondektur gugupay ka kuring.
"Moal Kang," tembal kuring bari gigideug, sabab hate teu merean ari kudu naek kana mobil anu sakitu pajejelna mah.
Ngabandungan kitu kuring teu beakeun akal, Henpon dicokot tina kantong tuluy we nelepon lanceuk anu aya di lembur, niat kuring menta dijemput make motor, meh bisa salempat salempit beda jeung mobil. Kabeneran pisan lanceuk nyanggupan, sarta kuring ngadagoan di hiji rumah makan Padang, anu deukeut ti terminal, sakalian buka puasa.
Ahirna kahariwang ngadadak sirna, sabab lanceuk geus anjog, sanggeusna tarapti ngan biur we motor anu ditumpakan ku kuring nyemprung, teu sakara-kara geuning, jam tujuh ti terminal, jam sapuluh geus nepi ka imah.
Sanepina ka imah, pada ngabageakeun utamana alo kuring, anu kakara umur dua taun, manehna galecok matak lucu ningalina.
"Bibi, nyandak dus teu?" pokna.
"Dus kanggo naon Yana?"
"Acuk, Yana!"
"Naha, kedah didusan kitu?"
"Sumuhun, apanan Bapanan Ita oge, upami uih ti Bandung sok nyandak dus, lebetna acuk."
Ngadenge kitu kuring hayang seuri, na, mani lucu-lucu teuing ari budak, abong enya kangaranan budak, polos tanpa dosa. Ngabandungan kitu, di imah mani haneuteun, sabab nanggap budak.
Pok, pun biang nyarios, "Pedah eta, lamun Jang Didin balik usaha, sok mawa seuseuheun diwadahan kana dus"
"Yana! Bibi teu nyandak naon-naon ku margi, Bibina alim ridu sareng teu aya waktos kanggo balanjana, Bibi sibuk teras."
Kuring ngupahan Yana, anu keukeuh nanyakeun dus.
"Ari, acuk kanggo Yana,  mana bibi?" ceuk budak bari semu ngarenghik.
"Enjing, Yana bade ka toko Asia, hoyong naek Mobil Lazer."
"Mangga, mangga tapi Yana, tong baong."
Geus diomongan kitu teu sakara-kara, janari ka salapan likur, kuring sahur ngariung jeung kulawarga, teu kaliwat Yana oge milu nyaring, sanajan ngaganggu, tapi karasa nimat jeung asa kahibur.
Jam genep isuk-isuk, Yana geus ngaguyah-guyah.
"Bibi gugah, hayu urang meser acuk tea."
Kuring teu nembal sabab tunduh, malum biasana hudang jam tujuh, ari seug ayeuna kakara jam genep geus diguyah-guyah. Ningali kuring teu malire, budak nyampeurkeun indungna.
"Mamah, gugahkeun Bibi,"
Indungna anu keur ngadonan kue, nembalan "Mangga, keun ku Mamah urang gugahkeun, tapi hayu Yana, ibak heula."
Diomongna kitu budak nurut, kuring oge langsung hudang, bari tuluy ka cai.
Panceg jam dalapan, kuring jeung Yana geus saged, dek ulin ka kota ngupahan budak, anu hayang baju lebaran, indit teu ngan saukur paduduaan, tapi kuring sakalian ngajak adi anu bungsu.
Sanepina ka tujuan, matak sarengah heurin usik teu di jalan teu di toko pararinuh, kuring bingung, sabab mawa budak, kumaha engke mawa balanjaan.
Pok Yana nyarita, "Bibi palay es krim."
"Mangga," ceuk kuring bari nyolongkrong, nyokot es krim.
Sabot, di toko, kuiring jongjon barang beuli, ari adi maturan Yana anu keur maen gim.
Beres babayar, kuring nyampeurkeun adi jeung alo.
"Seep sabarahaeun"
"Lima puluh lima ratus, Teh!" tembal adi.
"Astagfirulloh, atos ah, mendingan dipeserkeun ka nu mangpaat." Weleh, Yana merod.
"Sawios, ari alim acuk mah," ceuk kuring ngolo Yana.
"Mangga atuh," bari kerung turun tina mobil lazer.
Balanjaan, teu waka dibawa, dipihapekeun heula di tempat panitipan barang, sup kuring asup ka toko pakean anak-anak.
"Yana, hoyong anu mana acukna?"
"Palay anu sapertos Ita."
"Apan, Ita mah istri, maenya Yana bade nganggo acuk Istri"
"Nu ieu we, sae, aya gambar Snupi."
Palebah masalah baju teu rewel, Yana unggeuk.
Tengah poe kuring kakara balik, babawaan manu rebo ngan untungna Adi anu mawana, da kuring mah ngais Yana, anu sare.
Enya mun dipikir-pikir mah, alah batan ka anak sorangan. Can tangtu ka anak sorangan mah bisa kieu, sabab boro-boro ka boga anak, kabogoh ge can boga, tapi teu kitu ari hate ihlas mah, asa bagja we, teu boga rasa rugi, pon kitu deui ka adi sorangan.
Nepi ka Imah, Yana hudang, ukur nyelang nyusu, manehna hideng sorangan ngaluar-luarkeun balanjaan, sarta biwir teu jempe hayoh galecok.
Ari kuring teu malire, langsung ka cai solat lohor, langsung sare.
Adan asar kuring hudang, mandi solat, dangdan, tuluy menta dianteur ka adi erek ulin ka babaturan eukeur sakola di SMA.
Geus nepi ka imah babaturan, adi dititah balik deui, sabab karunya, ari kudu nungguan mah.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," kadenge ti jero imah, kulutrak sora panto dibuka. "Bade ka saha?"
Dedegan jangkung leutik, nanya ka kuring. Kuring seuri, "bade ka Tika." Padahal dina hate apan yen eta Tika, tapi manehna teu apaleun.
"Abdi, ti mana nya?"
"Piraku maneh, teu apal ka urang" sombonglah.
"Tuti...!"
"Heueuh urang, naha meni poho?"
"Bener urang pangling, maneh jadi geulis,"
"Ah, siah, biasa we,"
"Heueuh, keun sukur ari kitu mah urang milu bagja"
Teu karasa ngaler ngidul, sajam deui adan magrib.
"Ka, buka di luar yu," kuring ngajak ka Tika.
"Hayu wae, urang mah, asal ditraktir,"
"Gampang, buru atuh geura dangdan."
Satengah genep, kuring jeung Tika indit ka ceplak, pasar dahareun, anu kamasur di Garut, tempat panineungan basa kuring masih keneh sakola.
Keur anteng, ngobrol bari ngadagoan adan, ti tukang aya anu nepak, "Hai"
Kuring reuwas.
"Kumaha damang?"
"Pangestu"
"Kumaha, Tuti di mana ayeuna?"
"Di Bandung,"
"Pirang, di mana?"
"Aya we di dieu, nganggur."
"Pirang dek buka di dieu"
"Enya puguhan"
"Kabeneran, hayu atuh bareng."
"Kumaha, nya..."
"Naha kadon nanya, hayu itung-itung reuni."
"Enya ari kitu mah"
"Tapiii...!"
"Tapi ku naon?"
"Pirang teu sorangan."
"Jeung saha?"
"Ieu."
Pirang nungtun saurang jajaka.
"Oh.., naha teu dikenalkeun, atuh?"
Teu sawatara lila, kuring jeung eta jajaka geus silih wanohkeun, ngan brak we dahar balakecrakan, bangun anu akrab, sanajan keur eta lalaki mah anu ngamimitian.
"Rang, geus jam tujuh, kuring balik ti heula,"
"Tapi sono keneh."
"Sarua, kumaha atuh sieun kapeutingan,"
"Iraha panggih deui?" tembal pirang.
"Insya Alloh, ba'da lebaran urang ulin."
"Siap lah, pokona mah omat mere beja."
Geus pamitan ka kabehan, kuring indit, dituturkeun ku gugupay babaturan, sabab Tika balikna bareng jeung Pirang, lantaran imahna padeudeukeut, teu jauh ti eta tempat.
Ti pasar Ceplak, ka pangkalan angkot rada anggang, kuring kana beca, turun tina beca, sagigireun kadenge aya anu nanya.
"Ti, uihna ka mana?"
"Arif, naha aya di dieu, Pirang mana?"
"Tos di bumina."
"Arif, bade ka mana?"
"Bade, wangsul."
"Tuti uihna ka mana?"
"Ka bumi"
"Sumuhun ka bumi, tapi ka palih mana?"
"Ka Cianyar, satengah jam upami ti dieu mah,"
"Dupi, Arif ka mana mulihna?"
"Ka Ciwalen"
"Naha ka Ciwalen, aya di dieu?"
"Bade ngajajapkeun, Tuti."
"Dipiwarang ku Pirang?"
"Henteu."
"Teu kedah, bade naek angkot."
Bari teu nolih ka Arif, langsung kana angkot, kuring reuwas, naha naon maksudna, nepika edek nganteurkeun, padahal kakara apal sajan ka tukang, eujeung deuih pan Arif kabogoh Pirang.
Teu karasa, dibarengan ku ngalamun, geus nepi ka Cibulakan pangkalan ojeg, jut kuring turun, kira-kira tilu lengkah, kadenge aya anu nyebut ngaran kuring.
Kuring ngalieuk, kacida reuwas, anu ngageroan kuring Arif, manehna nuturkeun kuring.
"Arif bade ka mana, naha di dieu?"
"Palay terang bumi Tuti."
"Naon maksadna?"
"Nya palay terang."
"Upami tos terang bade naon?"
"Bade ameng."
"Naha moal aya nu nyeuseul kitu?"
"Saha kitu, anu wantun nyeuseulan ka Arif?"
"Nya, titik-titikna."
"Yu, dijajapkeun ka bumi."
"Hatur nuhun, tapi itu pun adi ngajemput."
"Oh, kitu nya sawios ari kitu mah, punteun nya,"
"Teu sawios-wios, barina oge teu lepat?"
Kuring malikkeun awak, kakara oge malik, Arif geus ngagero.
"Ti, di Bandungna di mana?"
Kuring teu ngajawab, ngan kusiwel ngaluarkeun kartu nama, song diasongkeun. Arif nampanan, "Hatur nuhun" tembalna, kuring unggeuk.
Poean lebaran kira-kira jam satengah dalapan, hape disada, kaluar nomor anu teu wanoh, bareng dihalowkeun kadenge sora lalaki uluk salam.
"Wilujeng Boboran, Minal Aidzin Walfaidzin"
"Dupi ieu saha?"
"Tos hilap nya, Arif."
"Eh, Arif, kumaha Rif, damang?"
Kuring ngamimitian gunem catur jeung Arif, sajam lilana Arif nelepon ka kuring, nya ahir-ahirna, nepi ka wanoh, tina wanoh akrab tina akrab mimiti wani, Arif datang ka imah, sarta ngajak ulin, saminggu di lembur teu karasa poe Minggu isuk, kuring kudu balik deui ka Bandung, sabab kawajiban geus ngadagoan nyaeta gawe, tapi angger sanajan jarak anu sakitu jauhna, kangaranan pangaresep sarta geus kagok geugeut, hese pikeun dihalangan kitu pok-pokan Arif.
***

cerita rakyat Lutung kasarung

cerita rakyat Lutung kasarung

Lutung kasarung
Cerita Rakyat Jawa Barat

cerita rakyat Lutung kasarung

cerita rakyat Lutung kasarung
Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.

Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.

Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.

Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.

Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.

Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.

Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.

Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.

Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.

“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.

Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.

Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.